Sabtu, 26 Januari 2013

Metode Mengajarkan Agama



            Ketika masih berdirinya kerajaan-kerajaan, Agama dipelajari dalam sebuah Ashram, yang keadaannya sangat sederhana, dengan fasilitas yang seperlunya saja.
            Disana para siswa digembleng, tidak hanya belajar Agama, tetapi berbagai hal yang diperlukan kelak. Juga eningkatkan watak dan ahklak, belajar bertanggungjawab, meningkatkan kepekaan tentang perikemanusiaan, bagi yang ingin belajar menari, kidung, belajar membaca, Palawakya dan lain-lain.
            Pada zaman kerajaan majapahit, menurut kitab Nagarakertagama, para empu mengajarkan agama dibantu oleh Pemeget yaitu mereka yang sudah mahir dalam seluk-beluk keagamaan. Lama-kelamaan Ashram menghilang dan pelajaran keagamaan diadakan di rumah tinggal Wiku. Topik-topik atau bagian yang dianggap penting bagi kehidupan, dijadikan topic pembahasan tersendiri, dicarikan kesamaan pendapat. Seiring terjadi silang pendapat diantara para siswa kemudian saat itulah Wiku menegahi perdebatan tersebut, berdasarkan logika memberikan pengertian, yang lebih mendasar tentang artinya, tujuan, kebenaran, keadilan, kebaikan dan keburukannya yang semuanya berasal dari Agama. Dengan demikian para siswa akan mengerti dan ingin menerapkannya dalam hidupnya.
            Menghadapi kemajuan dunia disemua bidang kehidupan, umat Hindu tidak mau ketinggalan, terutama bagi generasi-generasi yang akan datang.
            Lalu bagaimana metodologi yang seharusnya dilakukan ? Beberapa metodologi yang pernah dilakukan dalam bentuk Ashram, di Griya-griya, memang sangat baik.
            Tetapi untuk lebih mampu menerimah siswa yang jumlahnya semakin besar dalam berbagai cabang ilmu, fisik dan spiritual, bentuk pendidikan Universitas dan Institut, akan mampu mengatasi tantangan zaman sekarang.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar